BROAD OVERVIEW: BORNEO
Borneo, the third largest island in the world, was once filled with lush rainforests. With swampy coastal area bordered by mangrove forests and a mountainous interior, much of the terrain was virtually impassable and unexplored. Shamans of tribal formerly controlled remote areas of the island until a century ago.
In the 1980s and 1990s Borneo underwent a remarkable transition. Forests were cut down to the point that never happened in human history. Borneo rainforest move to industrialized countries like Japan and the United States in the form of garden furniture, paper pulp and chopsticks. Initially, most of the wood was taken from the northern island of Malaysia Sabah and Sarawak. Later forests in the southern part of Borneo, an area belonging to Indonesia and known as Kalimantan, became the primary source for tropical timber. Today the forests of Borneo are but a shadow of those of legend and those that remain are highly threatened by the biofuel markets, especially oil palm.
Oil palm is the most productive oil seed in the world. A single hectare of oil palm may yield 5,000 kilograms of crude oil, or nearly 6,000 liters of crude oil, making this the most profitable crop when grown in large plantations - a study of 10,000 hectares of plantations suggests that the rate of return of 26 percent per year. Therefore, vast swathes of land are being converted into palm oil plantations. Cultivation of oil palm in Indonesia has expanded from 600,000 hectares in 1985 to more than 6 million acres in early 2007, and is estimated to reach 10 million hectares by 2010.
However, lately there has been some positive news regarding conservation of Borneo. February 2007, the governments of Brunei, Malaysia, and Indonesia have agreed to protect roughly 220,000 square kilometers (85,000 square miles) of tropical forest in the place called "Heart of Borneo". Environmental group WWF is one of the parties active in the establishment of the protected area.
BORNEO
Borneo, pulau terbesar ketiga di dunia, dulunya dipenuhi oleh hutan hujan yang lebat. Dengan daerah pesisir rawa-rawa yang dibatasi oleh hutan bakau dan daerah bergunung-gunung, kebanyakan dari wilayah tersebut tampak tak mungkin dilewati dan dieksplorasi. Dukun dari suku pedalaman dulunya menguasai daerah-daerah terpencil dari pulau ini sampai satu abad yang lalu.
Di tahun 1980an dan 1990an, Borneo mengalami transisi yang menakjubkan. Hutan-hutannya ditebangi hingga tahap yang tak pernah terjadi di sejarah manusia. Hutan hujan Borneo berpindah ke negara-negara industri seperti Jepang dan Amerika Serikat dalam bentuk mebel untuk kebun, bubur kertas, dan sumpit. Awalnya, kebanyakan dari kayu tersebut diambil dari utara pulau bagian Malaysia kota Sabah dan Sarawak. Kemudian, hutan di bagian selatan Borneo, sebuah wilayah milik Indonesia dan dikenal dengan nama Kalimantan, menjadi sumber utama kayu tropis. Saat ini hutan-hutan di Borneo hanyalah bayangan dari legenda masa lalu dan yang masih ada sedang sangat terancam dengan meningkatnya pasar biofuel, terutama kelapa sawit.
Kelapa sawit adalah bibit minyak yang paling produktif di dunia. Satu hektar kelapa sawit bisa menghasilkan 5.000 kg minyak mentah, atau sekitar 6.000 liter minyak mentah, ini membuatnya menjadi tanaman yang paling menguntungkan bila ditanam di perkebunan yang luas -- sebuah studi terhadap 10.000 hektar kebun menunjukkan bahwa tingkat pengembalian modalnya mencapai 26 persen per tahun. Karenanya, banyak petak-petak tanah yang diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Penanaman kelapa sawit di Indonesia telah meluas dari 600.000 hektar di tahun 1985 hingga lebih dari 6 juta hektar di awal 2007, dan diperkirakan mencapai 10 juta hektar pada tahun 2010.
Walaupun begitu, akhir-akhir ini telah ada beberapa berita positif mengenai konservasi dari Borneo. Februari 2007, pemerintah Brunei, Malaysia, dan Indonesia sepakat untuk melindungi sekitar 220.000 kilometer persegi (85.000 mil persegi) hutan tropis di tempat yang dinamakan "Jantung Borneo". Kelompok lingkungan hidup WWF adalah salah satu pihak yang aktif dalam berdirinya daerah yang dilindungi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar